Dikira Abis Mantap-Mantap

Sebentar lagi kita bakal menyambut bulan Ramadhan lagi, tapi kayaknya bulan Ramadahan yang akan datang bakal terasa berbeda. akibat dari belum hilangnya virus Corona, membuat ramadhan tahun ini bakal menjadi Ramadhan yang sunyi. Bayangin kita gak boleh terawih di mesjid, harus dirumah, malam takbiran gak bakal ada, anak-anak kampang yang bangunin sahur pake speaker segede gaban muterin lagu dj mamah muda gak bakal ada. Udah bisa dibayangin, sunyi banget pasti. Mari kita berdoa, semoga wabah kampret ini segera berakhir dan aku bisa pergi kamping ke pantai.

Ngomongin soal Ramadhan, pasti identik dengan sahur, karna dizaman dulu jam weker sangat mahal untuk dibeli (aku kayaknya gatau juga) jadi orang di kampung-kampung terutama anak-anaknya bakal rajin setiap pagi buta bergerombol berjalan membawa gentongan, berteriak sekencang mungkin. 'SAHOOOOOR!! SAHOOOOORRR!!'

Kegiatan ini di sambut hangat oleh warga kampung dan dijadikan tradisi sampai sekarang. 

Ada yang menarik tentang bangunin orang sahur saat aku diajak untuk ikut.

Saat itu aku kelas 6 SD. Seperti anak pada umumnya selepas sholat magrib, aku dan ke empat temanku Fadel, Ica, Amat, dan Madan bakal pergi ke samping sungai belakang kampung buat nyalain petasan, bukan petasan mahal, cuma yang seribuan, tapi memiliki daya ledak yang lumayan. Kami gak perang petasan ke kampung sebelah kayak di buku Koala Kumal, kami cuma anak kampung yang cinta damai, dan nyalain petasan dilemparin ke sungai supaya suaranya nggak ganggu banget. kami anak baik banget waktu itu.

'eh kita besok bangunin orang sahur yok' Ajak Amat. 'serius? emang dibolehin mama papa mu?' jawabku agak meragukan. 'aku sih boleh, gatau mereka ini'.

Setelah itu aku dan Amat pergi mendekati Fadel, Ica, dan Madan yang lagi asik nyalain petasan di pinggir sungai. 'heyy kalian besok mau ikut bangunin sahur!!?' teriak Amat antusias. Mendengar teriakan barusan membuat mereka bertiga kaget lalu melirik ke kami 'ngapain teriak kalo cuma jarak 1 meter bego!' Madan kesal lantas melemparkan petasan menyala yang ada ditanganya kearah kaki kami. "DWARR".

'BONGOL!'

Setelah kejadian barusan, kami berlima ngumpul membentuk lingkaran, merencakan sesuatu. 'jadi kalian mau ikut kami gak besok bangunin sahur' Tanya Amat serius. 'boleh aja sih, asal mereka berdua ini ikut juga' kata Ica setuju, berusaha membuat Fadel dan Madan ikut. 'jadi kalian ikut juga kan?'

'okee' kata mereka berdua. 'nah jadi kita bakal bangunin sahur jam 3 pagi. aku sama Andry bakal kerumah kalian sambil teriak. kalo denger teriakan kami, kalian keluar ya. kalo udah ngumpul semua baru kita keliling' jelas Amat dengan mantap, disusul dengan anggukan antusias menandakan setuju dengan rencana tersebut.

Sesampainya di rumah aku cerita sama mama. 'maa besok pagi bangunin jam 2 yaaa... aku mau bangunin orang sahur sama temen-temen. gak bakal lama kok' pintaku berusaha meyakinkan mama. 'tumben, emang mau keliling kemana? jauh gak?, kalo ada penjahat gimana?' mama khwatir. 'nggak ma, deket aja, cuma sekitaran sini kok, paling kalo udah mentok samping PLN kami bakal balik. nggak dijalan raya, gamungkin ada orang jahat' jawabku dengan yakin. 'okedeh, awas aja besok susah dibangunin'

'sipp maa'

Jam sudah menunjukkan pukul 2:20 pagi saat aku cuma seorang diri berjalan menuju rumah Amat. aku teriak sekencang mungkin 'maaat!! maattt!! woy maatt!!' tapi gak ada jawapan. 10 menit aku teriak tanpa ada tanda kehidupan. aku memutuskan pergi kerumah Ica. karna lebih deket dari rumah Fadel dan Madan. Sesampainya aku dirumah Ica, setelah berteriak sekali, pintu rumahnya langsung terbuka. Ica disana sudah rapi, siap untuk pergi.

'mana Amat?' tanya Ica heran. 'gatau, aku udah teriak di depan rumahnya, tapi gak ada jawapan' aku menjelaskan. 'yaudah, ayo kita kerumahnya Fadel dulu'.

'okee'

Fadel beralasan kalo dia nggak bisa ikut karna di marahin mamanya, Madan pun sama. Sampai akhirnya Aku dan Ica memutuskan buat kerumahnya Amat lagi, berteriak lagi berharap dia bangun. Ini rencana dia. tanpa dia, kami berdua ngapain?.

Hampir 20 menit kami teriak teriak di depan rumahnya Amat, kayak orang gila. Capek. Ica pun akhirnya menyerah 'kayaknya aku pulang aja deh, Amat gak bangun-bangun' keluh Ica pasrah. 'iya aku juga capek, kayaknya gabakal jadi' timpalku. Kami pun memutuskan buat pulang.

Aku sengaja nganterin Ica dulu ke kerumahnya. padahal jalan menuju rumah Ica dari rumah Amat ngelewatin rumahku, gila kali ngebiarin cewek jalan di kegelapan jam 3 pagi sendirian.

Seperti yang kami lakukan buat menuju kerumah mereka bertiga, kami lari sepanjang jalan. Saat asik lari, kami berpapasan sama Dayat yang lagi make motor. Dia remaja di kampung ini, entah apa yang dia lakukan, naik motor jam 3 pagi. sambil mengendarai motor Dayat teriak 'kalian ngapain berdua tengah malem begini??' karna Aku dan Ica lagi lari, kami pun mengabaikan pertanyaan Dayat dan tetap berlari sampai ke rumahnya Ica. Wajah Ica terlihat kecewa. Akupun juga begitu. Diantara kami ber 5, aku cuma nggak terlalu akrab sama Ica, jadi kami gak banyak ngobrol. Setelah dadah-dadahan, akupun pulang. Berjalan sendiri. Sampai di rumah dengan selamat.

Saat sahur aku enggak henti-hentinya mengeluhkan kekecewaan terhadap Amat, Fadel, dan Madan sama mama papa. 'apaan jadi orang gak tepat janji!' ucapku kesal. mama dan papa cuma ngetawain.

Besoknya, Amat dengan entengnya bilang 'maap, ketiduran aku' santai banget. kayak gak ada rasa bersalah. Aku dan Ica cuma ngusep dada sabar. Untung kami berdua nggak ngambekan.

Kalau membuat rencana, apalagi melibatkan banyak orang, usahakan lah buat mewujudkan tersebut. Pikirkan baik-baik apa kamu bisa ngelaksanain atau tidak, jangan asal bikin rencana terus menyepelekan. Egois banget. Dan juga, saat menyetujui rencana yang dibuat orang, usahakan juga seperti yang aku dan Ica lakuin. jangan nggak bertanggung jawab, seenaknya membatalkan sebelah pihak seperti Fadel dan Madan. Setidaknya kalau tidak bisa ikut, katakan sejak awal.

Setelah beberapa tahun, saat aku teringat kejadian itu, kok agak aneh ya, dua orang anak cowo cewe, berduaan jam 2 pagi keluyuran di tengah jalan gelap gulita. kupikir, Dayat pasti mengira kami habis ngelakuin hal yang haram. Aku pun nggak kepikiran, kenapa kami gak mantap-mantap aja yak. *slebew. Becanda kaka... :(

Rencana Gagal

Cerpen Curhat Edit

Share Pin

Subscribe Our Newsletter